Inspired not Just Word ..

Inspired not Just Word ..

Minggu, 18 November 2012

Essay

PERAN PEMUDA MENUJU INDONESIA SEHAT DENGAN INTEGRITAS HALAL
Oleh: Najwa Wijda Diputri, Mahasiswi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya angkatan 2011

Pemuda, satu kata yang dapat membuat atmosfer bumi bergetar. Getaran dalam artian semangat tinggi yang mencitrakan arti pemuda itu sendiri. Ditangan pemudalah kehidupan bangsa ini bergantung. Terus maju, statis, mundur, atau bahkan hancur. Tentunya kita semua memiliki cita-cita yang sama yaitu membangun kehidupan bangsa untuk semakin maju kearah kebaikan. Permasalahannya disini bagaimana cara mewujudkannya?
Hal yang paling mendasar adalah dengan melihat dari sudut pandang kesehatan suatu bangsa. Kesehatan bukan hanya diartikan pada kondisi fisik yang baik, tetapi lebih dari itu sehat juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi psikis (kejiwaan). Kesehatan merupakan modal terpenting dalam membangun bangsa. Bagaimana mungkin suatu bangsa bisa berkembang jika para aset teknisi pembangunan bangsa itu sendiri tidak memiliki fisik dan jiwa yang sehat. Sejak dini mungkin kita telah diajarkan untuk menjaga kesehatan fisik. Orang tua mungkin biasa menanamkan pada anaknya untuk selalu menjaga kesehatan fisik (raga), tetapi bagaimana dengan kesehatan jiwa?
Hakikatnya jiwa adalah karakter. Pemuda yang berkarakter akan memiliki prinsip yang kuat dan tidak mudah tergoyahkan. Untuk itu jiwa juga semestinya membutuhkan suplemen gizi yang tercukupi. Suplemen itu berasal dari akhlak dan moral. Nilai-nilai religiusitas tentunya harus sudah ditanamkan sedini mungkin. Pemuda yang tumbuh dengan fisik yang bugar dan sehat tetapi akhlak sakit tidak akan ada artinya dalam pembangunan. Bisa dianalogikan seperti sebuah rumah dimana semen dan batu batanya berasal dari kualitas tinggi nomor satu tetapi pondasi pilar-pilarnya rusak, maka tetap saja rumah itu tidak bisa berdiri kokoh. Setali tiga uang dengan pemuda yang berakhlak baik tetapi fisiknya lemah juga tidak bisa membawa pembangunan jangka panjang. Dibutuhkan adanya keseimbangan antara kedua aspek tersebut. Salah satu cara menyeimbangkannya adalah dengan menanamkan integritas halal dalam diri para pemuda. Integritas halal? Mengapa?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, perlu kita kaji tentang apa itu halal dan pengaruh-pengaruhnya.
            Halal adalah istilah bahasa arab dalam agama islam yang berarti “diizinkan” atau “boleh”. Istilah ini dalam kosakata sehari-hari lebih sering digunakan untuk merujuk kepada makanan dan minuman yang diizinkan untuk dikonsumsi menurut pandangan Islam. Sedangkan dalam konteks yang lebih luas istilah halal merujuk kepada segala sesuatu yang diizinkan menurut hukum Islam (aktivitas, tingkah laku, cara berpakaian, dan sebagainya). Dalam Al Qur’an surat Al Baqarah: 168 Allah SWT berfirman: “Wahai sekalian manusia makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan, sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu”. Serta dalam hadits Rasulullah SAW bersabda: “Apa saja yang Allah halalkan dalam kitabNya, maka dia adalah halal, dan apa saja yang Ia haramkan, maka dia itu adalah haram, sedang apa yang Ia diamkan, maka dia itu dibolehkan (ma’fu). Oleh karena itu terimalah dari Allah kemaafannya, sebab sesungguhnya Allah tidak akan lupa sedikitpun” (Riwayat Hakim dan Bazzar). Jelas bahwasannya Allah telah memberi rambu-rambu pada kita. Rambu-rambu tersebut sepatutnya mengarahkan kita untuk menjadi pribadi yang sehat.
Indonesia sebagai negeri dengan penduduk muslim terbesar yaitu 193.600.0000 dari total jumlah penduduk 220 juta jiwa atau 88% (BPS, 2007) sangatlah wajar jika kehalalan menjadi isu yang menarik dan patut untuk dikaji.
Kehalalan disini umumnya hanya berfokus pada sektor pangan. Tetapi bisa menjadi lebih luas seperti yang telah dijelaskan dalam hadits diatas bahwasannya sifat halal haruslah bisa menjadi sikap halal pula dalam segala aspek, dalam hal ini yaitu aspek mengenai kesehatan fisik dan psikis (jiwa). Terkadang sebagian dari kita menganggap kehalalan sebagai hal yang sepele karena sejak mulai dari sekolah dasar mungkin kita sudah sering mendengar pernyataan “halal” tersebut. Tetapi apakah kita khususnya disini para pemuda Indonesia telah bisa mengamalkan esensi dari halal itu sendiri? Sebagai contoh dalam membeli sebuah produk makanan atau minuman, sering dari kita hanya memperhatikan jenis produknya saja, apakah halal atau tidak, tetapi bagaimana kualitas produk tersebut sering kali luput dari perhatian kita. Sebuah produk susu misalnya, memang dilihat dari jenisnya susu ini halal, tetapi belum tentu halal dari kualitasnya. Seiring dengan itu, adanya perubahan hal kesejahteraan masyarakat baik yang mengalami peningkatan maupun penurunan telah memberikan dampak juga terhadap perubahan gaya hidup dan cara pandang masyarakat terutama dalam hal konsumsi makanan dan minuman. Perubahan gaya hidup dan cara pandang masyarakat terutama dalam hal konsumsi makanan dan minuman ini mau tidak mau harus disikapi oleh semua pihak yang berkepentingan baik dari kalangan dunia usaha pangan maupun mereka yang bergerak dalam tataran pengambilan kebijakan. Dan disini peran yang paling ditunggu adalah dari para pemuda.
Segala sesuatu yang kiranya membahayakan diri kita sejatinya adalah haram. Meski mungkin ada yang mengatakan makruh, seperti rokok, tetapi pada dasarnya tetap saja rokok itu membahayakan dalam konsumsi jangka panjang. Jadi, mengapa penulis dapat mengatakan demikian? Karena Allah telah memuliakan fisik kita diantara segala makhluk di bumi serta memberi kita akal dan pikiran yang seharusnya kita gunakan untuk menjaga amanahNya. Begitupun dengan kesehatan psikis. Seseorang dikatakan bertakwa jika ia menaati segala yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala laranganNya. Dengan prinsip kehalalan tadi dapat menjadi alarm bagi kita untuk lebih meningkatkan ketaqwaan. Sehingga dengan ketaqwaan itu nantinya diharapkan dapat membawa fisik dan jiwa kita terjaga kesehatannya.
            Untuk mewujudkan pribadi yang halal tentunya bukan hal yang mudah tetapi juga bukan hal yang tak mungkin. Banyak pihak terkait yang harus bekerjasama agar terbentuk sebuah integritas. Pemuda yang memiliki karakter halal akan mampu membawa pembangunan terarah di tengah arus globalisasi. Prinsip kehalalan tentunya dapat menjadi solusi untuk mewujudkan Indonesia yang sehat baik dalam fisik maupun akhlaknya sehingga jika dua point tersebut dapat terbentuk maka bukanlah hal mustahil perubahan dan pembangunan dapat tercapai. Memang di dunia ini tak ada yang ideal dan sempurna, tetapi bukan berarti kita menjadi bangsa yang hanya berpangku tangan menunggu perubahan itu. Dekatilah kesempurnaan itu. Bergeraklah para pemuda karena masa depan bangsa ada di tangan mu. 






























Tidak ada komentar:

Posting Komentar