PERAN
PEMUDA MENUJU INDONESIA SEHAT DENGAN INTEGRITAS HALAL
Oleh: Najwa Wijda Diputri, Mahasiswi
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya angkatan 2011
Pemuda, satu kata yang
dapat membuat atmosfer bumi bergetar. Getaran dalam artian semangat tinggi yang
mencitrakan arti pemuda itu sendiri. Ditangan pemudalah kehidupan bangsa ini
bergantung. Terus maju, statis, mundur, atau bahkan hancur. Tentunya kita semua
memiliki cita-cita yang sama yaitu membangun kehidupan bangsa untuk semakin
maju kearah kebaikan. Permasalahannya disini bagaimana cara mewujudkannya?
Hal yang paling
mendasar adalah dengan melihat dari sudut pandang kesehatan suatu bangsa. Kesehatan
bukan hanya diartikan pada kondisi fisik yang baik, tetapi lebih dari itu sehat
juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi psikis (kejiwaan). Kesehatan
merupakan modal terpenting dalam membangun bangsa. Bagaimana mungkin suatu
bangsa bisa berkembang jika para aset teknisi pembangunan bangsa itu sendiri
tidak memiliki fisik dan jiwa yang sehat. Sejak dini mungkin kita telah
diajarkan untuk menjaga kesehatan fisik. Orang tua mungkin biasa menanamkan
pada anaknya untuk selalu menjaga kesehatan fisik (raga), tetapi bagaimana
dengan kesehatan jiwa?
Hakikatnya jiwa adalah
karakter. Pemuda yang berkarakter akan memiliki prinsip yang kuat dan tidak
mudah tergoyahkan. Untuk itu jiwa juga semestinya membutuhkan suplemen gizi
yang tercukupi. Suplemen itu berasal dari akhlak dan moral. Nilai-nilai
religiusitas tentunya harus sudah ditanamkan sedini mungkin. Pemuda yang tumbuh
dengan fisik yang bugar dan sehat tetapi akhlak sakit tidak akan ada artinya
dalam pembangunan. Bisa dianalogikan seperti sebuah rumah dimana semen dan batu
batanya berasal dari kualitas tinggi nomor satu tetapi pondasi pilar-pilarnya
rusak, maka tetap saja rumah itu tidak bisa berdiri kokoh. Setali tiga uang
dengan pemuda yang berakhlak baik tetapi fisiknya lemah juga tidak bisa membawa
pembangunan jangka panjang. Dibutuhkan adanya keseimbangan antara kedua aspek
tersebut. Salah satu cara menyeimbangkannya adalah dengan menanamkan integritas
halal dalam diri para pemuda. Integritas halal? Mengapa?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, perlu
kita kaji tentang apa itu halal dan pengaruh-pengaruhnya.
Halal
adalah istilah bahasa arab dalam agama islam yang berarti “diizinkan” atau
“boleh”. Istilah ini dalam kosakata sehari-hari lebih sering digunakan untuk
merujuk kepada makanan dan minuman yang diizinkan untuk dikonsumsi menurut
pandangan Islam. Sedangkan dalam konteks yang lebih luas istilah halal merujuk
kepada segala sesuatu yang diizinkan menurut hukum Islam (aktivitas, tingkah
laku, cara berpakaian, dan sebagainya). Dalam Al Qur’an surat Al Baqarah: 168
Allah SWT berfirman: “Wahai sekalian
manusia makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan, sesungguhnya syetan itu adalah
musuh yang nyata bagi kamu”. Serta dalam hadits Rasulullah SAW bersabda: “Apa saja yang Allah halalkan dalam
kitabNya, maka dia adalah halal, dan apa saja yang Ia haramkan, maka dia itu
adalah haram, sedang apa yang Ia diamkan, maka dia itu dibolehkan (ma’fu). Oleh
karena itu terimalah dari Allah kemaafannya, sebab sesungguhnya Allah tidak akan
lupa sedikitpun” (Riwayat Hakim dan Bazzar). Jelas bahwasannya Allah telah
memberi rambu-rambu pada kita. Rambu-rambu tersebut sepatutnya mengarahkan kita
untuk menjadi pribadi yang sehat.
Indonesia sebagai negeri dengan penduduk
muslim terbesar yaitu 193.600.0000 dari total jumlah penduduk 220 juta jiwa
atau 88% (BPS, 2007) sangatlah wajar jika kehalalan menjadi isu yang menarik
dan patut untuk dikaji.
Kehalalan disini
umumnya hanya berfokus pada sektor pangan. Tetapi bisa menjadi lebih luas
seperti yang telah dijelaskan dalam hadits diatas bahwasannya sifat halal
haruslah bisa menjadi sikap halal pula dalam segala aspek, dalam hal ini yaitu
aspek mengenai kesehatan fisik dan psikis (jiwa). Terkadang sebagian dari kita menganggap
kehalalan sebagai hal yang sepele karena sejak mulai dari sekolah dasar mungkin
kita sudah sering mendengar pernyataan “halal” tersebut. Tetapi apakah kita
khususnya disini para pemuda Indonesia telah bisa mengamalkan esensi dari halal
itu sendiri? Sebagai contoh dalam membeli sebuah produk makanan atau minuman,
sering dari kita hanya memperhatikan jenis produknya saja, apakah halal atau
tidak, tetapi bagaimana kualitas produk tersebut sering kali luput dari
perhatian kita. Sebuah produk susu misalnya, memang dilihat dari jenisnya susu
ini halal, tetapi belum tentu halal dari kualitasnya. Seiring dengan itu,
adanya perubahan hal kesejahteraan masyarakat baik yang mengalami peningkatan
maupun penurunan telah memberikan dampak juga terhadap perubahan gaya hidup dan
cara pandang masyarakat terutama dalam hal konsumsi makanan dan minuman.
Perubahan gaya hidup dan cara pandang masyarakat terutama dalam hal konsumsi
makanan dan minuman ini mau tidak mau harus disikapi oleh semua pihak yang
berkepentingan baik dari kalangan dunia usaha pangan maupun mereka yang
bergerak dalam tataran pengambilan kebijakan. Dan disini peran yang paling
ditunggu adalah dari para pemuda.
Segala sesuatu yang kiranya membahayakan
diri kita sejatinya adalah haram. Meski mungkin ada yang mengatakan makruh, seperti
rokok, tetapi pada dasarnya tetap saja rokok itu membahayakan dalam konsumsi
jangka panjang. Jadi, mengapa penulis dapat mengatakan demikian? Karena Allah
telah memuliakan fisik kita diantara segala makhluk di bumi serta memberi kita akal
dan pikiran yang seharusnya kita gunakan untuk menjaga amanahNya. Begitupun
dengan kesehatan psikis. Seseorang dikatakan bertakwa jika ia menaati segala
yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala laranganNya. Dengan prinsip kehalalan
tadi dapat menjadi alarm bagi kita untuk lebih meningkatkan ketaqwaan. Sehingga
dengan ketaqwaan itu nantinya diharapkan dapat membawa fisik dan jiwa kita
terjaga kesehatannya.
Untuk
mewujudkan pribadi yang halal tentunya bukan hal yang mudah tetapi juga bukan
hal yang tak mungkin. Banyak pihak terkait yang harus bekerjasama agar terbentuk
sebuah integritas. Pemuda yang memiliki karakter halal akan mampu membawa
pembangunan terarah di tengah arus globalisasi. Prinsip kehalalan tentunya
dapat menjadi solusi untuk mewujudkan Indonesia yang sehat baik dalam fisik
maupun akhlaknya sehingga jika dua point tersebut dapat terbentuk maka bukanlah
hal mustahil perubahan dan pembangunan dapat tercapai. Memang di dunia ini tak
ada yang ideal dan sempurna, tetapi bukan berarti kita menjadi bangsa yang
hanya berpangku tangan menunggu perubahan itu. Dekatilah kesempurnaan itu.
Bergeraklah para pemuda karena masa depan bangsa ada di tangan mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar